Friday, April 27, 2018

Semua Bersama Sendirinya



Oleh Charles Bukowski


Daging membaluti belulang

dan mereka tanam akal di dalam sana

dan kadang kala selembar ruh,

dan wanita menghantamkan vas kepada dinding

dan lelaki mabuk keliling

dan tak seorangpun dari kita yang menemukan Nya

tapi teruslah mencari

merangkak keluar-masuk 

ranjang.

Daging membaluti belulang

dan daging mendamba 

lebih dari 

seonggok daging.


Tak ada lagi asa: 

Kita semua terjebak oleh kismat tunggal yang sama


tak seorangpun dari kita yang pernah 

menemukan Nya


sesak pembuangan kota, penuh 

tumpukan rongsok tua, penuh

suaka jiwa, penuh

rumah sakit, penuh

tanah makam, penuh


hingga tak ada lagi  

yang terpenuhi 


Sunday, November 12, 2017

Dari Kata, Kepada Pukul Satu Lewat Dini Hari

 
 
Kepada pukul satu lewat dini hari
 
di mana denting jam semakin berat memikul kantuk
 
dan rindu yang perlahan menumpuk
 
ketika puisi menjadi alat tukar tambah yang sah
 
untuk kita bertukar waktu
 
agar kata bertambah rindu
 
kepada makna nya
 
dan kepada tanya
 
 
malam terkadang menjadi alasan
 
banyak mata menutup diri duluan
 
pergi menghindar dari gelap 
 
tanpa mengerti beda tidur dan ngelindur
 
tapi kita memilih singgah lebih lama
 
di penghujung gulita
 
agar terlelap ke dalam kata kata
 
 
mencari tanya
 
tanpa perlu terbalas jawab 
 
berbalas kata
 
tanpa perlu menagih arti
 
hingga kita, lebih larut dari malam itu sendiri
 
dan rindu,
 
mengendap semakin dalam ke denyut nadi
 
 
"Malam ini aku akan tidur di mata mu"
 
kata Joko pinurbo
 
tapi Aku bukan Joko
 
bukan pula sastrawan kondang yang paling pinurbo
 
yang bisa leluasa bermalam di mata banyak orang
 
dengan berbayar baris rima dan deret kata
 
dari sepenggal puisi
 
 
Namun ketika tiba pukul satu lewat dini hari
 
puisi menjadi alat tukar tambah yang sah
 
maka selipkan lah deretan rima dan sajak ini
 
ke bawah kasur dan waktu tidur mu 
 
karena Aku ingin mata ini tidur di malam mu
 
yang terpisah 2 jam dari malam ku
 
malam ini
 
 
 
(6 November/1.30/ Fukaura, Aomori lewat waktu tidur)
 

Sunday, October 29, 2017

Di suatu Jeda dari Tepian Taman Inokashira





Gelap rapi memangkas rindang dalam sekejap

sudut demi sudut

hingga musim gugur

sempurna mengambil wujud


Telinga yang tersumbat rasa sungkan

tak kunjung berkenalan dengan petikan gitar musisi

yang selepas dari petang melantun tembang

tanpa menerima sepeser pun basa basi


Separuh bulan

tenggelam ke dasar kolam

kata demi kata

mulai gugur ke tepian

bersama kontemplasi setengah utuh

dari sepenggal puisi yang urung tersentuh


Di bawah redup lampu taman

secangkir kopi yang diracik tanpa percakapan

tak mampu menghangatkan musim

dan dingin kota yang semakin asing.



(27 Oktober/17.30/ Dari pinggiran hiruk pikuk Tokyo)

Saturday, September 9, 2017

Di Pelataran Terminal 3 Narita




Karena  sering terbang murah

aku jadi terbiasa menimbang

dan memilah


seperti penerbangan

yang sudah sudah

setelah memilah keresahan

di pelataran gerbang keberangkatan


demi menghindari batas muatan

rindu lekas aku tanggalkan

tepat sebelum koper naik

ke atas timbangan


"Jangan ditinggal lagi, kali ini kita tempel saja

dengan label barang pecah belah"

tawar petugas kargo terminal

yang mulai nakal


Aku bimbang

Aku resah

sialan! aku ditinggal terbang.